Dengan demikian manusia tetap dalam kemuliannya, di dunia maupun di akhirat. Allah juga yang menutupi segala kekurangan manusia walaupun manusia bersalah. Namun, karena maghfirah (ampunan) Allah manusia menjadi terhormat dan mulia di hadapan manusia lainnya.
Manusia juga akan menjadi makhluk yang hina dan menjijikkan jika selalu dihiasi dengan perbuatan dosa. Oleh karena itu, supaya manusia selalu dalam kemuliaan, Allah menyuruh manusia meminta maghfirah dengan istighfâr supaya ditutupi dosa-dosanya dengan ghufrân (ampunan). Dengan selalu beristighfâr, Allah akan memberi ampunan (penutup dosa), sehingga manusia selalu mulia di hadapan manusia lainnya.
Kita tidak dapat membayangkan jika Allah membuka seluruh dosa, aib, dan kekurangan kita di hadapan orang lain. Kita akan menjadi hina di hadapan orang lain. Allah berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ١٠
Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,” (QS. Nuh[71]: 10).
Dengan menghayati makna al-Ghaffâr tersebut, manusia akan menyadari dirinya adalah makhluk yang lemah. Kemuliaan yang selama ini disandangnya tidak lain karena kekurangan, aib, dan dosa-dosanya ditutupi oleh Allah dari penglihatan manusia. Oleh karena itu, wajib bagi manusia untuk selalu istighfâr hanya kepada Allah, al-Ghaffâr.
Ustadi Hamzah, Department of Religious Studies UIN Sunan Kalij